Kamis, 09 Maret 2017

Titik Puncak

Maaf, aku tak bisa menepati janjiku. Janji dengan segenggam perasaan sedihku bahwa aku tak akan memikirkanmu lagi. Maaf jika aku masih selalu menghadirkanmu disetiap doaku.Tak dapat aku elak jika aku sangat merindukanmu. Saat ini rindu ku telah memuncak. Dengan tatapan kesedihanku, ku perlihatkan dimatamu, tapi bukan ini yang aku ingin kan darimu. Kamu menatapku seoalah aku adalah orang asing bagimu. Kamu memandangku dengan samar, dalam suasana yang dingin. Kemana sifat hangat itu ? Atau ini bukan kamu ku yang dulu. Begitu cepat takdir ini membawamu pergi.

Masih teringat, Kamu menghadiahkan ku dengan senyuman terhangatmu dalam sosok dinginmu. Detik itu tatapanmu merubah segalanya, aku tak sadar jika saat itu aku berhadapan dengan orang dingin di tempat yang dingin dan dalam suasana dingin. Aku terbius akan tatapan itu seperti sengatan bisa yang menyebar cepat keseluruh tubuh. Ingin sekali waktu berhenti pada detik itu, aku tak ingin melewati detik itu. Namun takdirpun angkat bicara, kamu memulainya dengan melepaskanku secara perlahan. Begitu tenang dan perlahan kamu meninggalkanku untuk wanita lain.

Rasanya tidak seperti yang kamu bayangkan, dan tidak seperti yang kamu pikirkan. Kamu terlalu cepat menafsirkan bahwa aku lebih bahagia tanpa kamu, bahwa aku akan lebih baik tanpamu. Mungkin bagi kamu ini semua mungkin akan terjadi. Iya kamu lebih bahagia daripada aku. Aku tahu itu. Tapi apakah kamu memikirkan bagaimana perasaanku saat kau pergi begitu saja ? Ya, akulah yang salah disini. Aku terlalu yakin akan kehadiranmu yang merupakan ketetapan yang akan ditetapkan tetap untuk ku. Aku terlalu banyak berharap jika kamu adalah sumber kebahagiaanku. Dan semuanya salah besar.

Baik, ini adalah akhir tentangmu, kamu sudah memutuskannya. Kembalilah pada kebahagiaan mu, biarkan aku disini bertahan dengan topeng senyumku.


Tidak ada komentar: