Kamis, 29 Desember 2016

Lebih Baik DIAM


Dan sekarang hati ini telah patah untuk kedua kalinya, mungkin karena aku terlalu bodoh dan percaya bahwa dia akan membuatku tertawa lagi. Aku pun semakin memiliki pengalaman pengalaman buruk akan apa itu cinta. Ya dia pergi setelah aku memulai membukakan pintu hati ku padanya. Apa benar cinta itu seperti ini ? Datang tanpa terduga dan akhirnya pergi tanpa permisi. Aku mengenal nya bukan hanya beberapa hari saja, aku mengenal mu sudah 2 tahun yang lalu. Ya pertemuan yang sangat buruk, anggap saja seperti itu. Karna sifat dingin dan mungkin dinginmu melebihi dingin nya suhu kutub utara itulah yang menyebabkan aku benci pada mu dan membuat ku sangat penasaran akan sifat aslimu seperti apa. 

Sifat dingin mu pun semakin hari semakin tak terasa, entah ada apa atau bagaimana bisa. Sosok sepertimu berubah seperti ini. Ya ternyata kamu sangat peduli terhadap sekelilingmu dan penilaian ku terhadap dirimu salah. Aku suka sosok dibalik sifat dinginmu itu, orang yang penuh tanggung jawab, orang yang sangat pengertian, cerdas, dan orang yang bisa membuatku kagum. 
Tapi kagum ku hanya sebatas kagum yang tidak berlebihan. Aku pun tak begitu menghiraukanmu. Dan kau datang selayaknya sang pangeran yang siap sedia membantuku. Saat itu kau selalu disampingku, entah darimana sikap perhatian mu pada ku muncul. Tapi aku pun bersikap biasa aja. Tapi mengapa kau terus terusan memberikan sinyal yang tidak ku sangka sosok sepertimu akan seperhatian itu padaku. Dan seberapa bodohnya aku yang terlalu mempercayaimu bahwa kaulah orang yang kuinginkan, tanpa mengenal statusmu dan tidak mau tau bagaimana masa lalumu.
Kita sering sekali melewati hari demi hari bersama, bercanda, saling perhatian hanya sekedar ingin melihatnya baik-baik saja. Hingga pada saatnya tiba kau memberanikan diri mengungkapkan sebuah rasa yang telah kamu pendam selama ini. Ya saat itu jujur aku sangat senang, kau mencintaiku dan menyimpan rasa padaku. Senang rasanya kau mengatakan itu. Rasa ragu ku pun hilang bahwa kau tidak mencitaiku. Kita pun terus menjalankan hubungan tanpa status ini, hingga..

Hingga aku tau kau masih mencintai perempuan lain. Setega itukah kamu. Kau telah berhasil membuatku jatuh dalam pelukan mu, tapi seketika kau melepaskannya lalu pergi tanpa beban apapun. Ah aku tau kamu, aku tau kamu tidak bakal ngelakuin ini semua padaku. Tapi kau benar benar pergi tanpa meninggalkan jejak. Hanya jejak dihatiku lah yang menjadi saksi akan semua ini. Maaf, aku terlalu egois mencintaimu. Tak bisa aku sangkal rasa cinta yang berlebihan ini. Andai saja aku tahu caranya, tak akan ku mencintaimu sedalam ini. Aku nyaman disampingmu tapi tak begini caranya. Kau selayakanya menyampingkan aku dan memilih dia. Ingin sekali aku mengatakan tak seharusnya kau mengatakan jika kau mencintaiku. Mungkin jika kita sama sama DIAM akan lebih baik.
Aku paham. Aku yang harus mundur. Aku yang harus pergi. Dia tidak menginginkan aku hadir. Jadi, untuk apa aku tetap bertahan bersama seseorang yang hatinya tetap untuk orang lain ? Melepaskanmu mungkin menyakitkan, namun membiarkanku tetap inginkan dirimu tanpa kamu memiliki rasa, itu jauh lebih menyakitkan. Jujur sudah banyak hati yang kutinggal mati karena hanya kau yang selalu kujaga perasaannya. Mungkin tak semua rasa bisa disatukan, terkadang Tuhan menginginkan kita belajar dari apa yang tak bisa kita miliki. 

Tapi maaf aku selalu kalah dengan Rindu. Rindu ini curang, selalu bertambah dan aku tak tahu bagaimana cara untuk mencegahnya. Andai kau tau, setelah kau pergi meninggalkan ku, aku harus belajar untuk terus mengikhlaskan sesuatu yang masih aku ingin harapkan. Beri aku waktu untuk melupakan mu, tapi tenang aku tak akan melupakan kenangan indah bersama mu. Bahagialah bersamanya, aku pun patut bahagia meski tanpamu.